Jum’at, 26 April 2024 di Aula Gereja HKBP Psr. Minggu Keluarga Manihuruk mengangkat marga kepada Anak sorang magodang, ima na marsiala Anggita Boru Nainggolan mendapat jodoh bukan satu suku alias tidak memiliki marga. Sementara mereka sudah saling mencintai dan sepakat untuk berumah tangga dengan Adat Batak Toba setelah menerima pemberkatan nikah kudus. Karena jika adat pernikahan Batak Toba haruslah kedua belah pihak dalam hal ini Pengantin, masing-masing harus memiliki marga. Tentu yang menjadi pertanyaan; marga apa akan diberikan kepada jodoh Anggi(?).
Sesuai poda/nasehat Para Leluhur jika terjadi hal demikian di atas, maka pilihan pertama jatuh ke marga Amangboru ni si Anggi. Amangboru adalah orang Batak yang menikahi saudara perempuan Bapak si Anggi. Amangboru dari Anggi adalah marga Manihuruk (M. Manihuruk/br. Nainggolan – Op. Mikael). Dengan demikian calon Pengantin jodoh si Anggi (Suryo Bagus TH) diangkat menjadi marga Manihuruk. Peristiwa ini disebut PATAMPE MARGA. (Klik jika ingin melihat/menonton dokumentasinya).
Suhut par Anak: M. Manihuruk/br. Nainggolan (Op. Mikhael) – Jakarta Timur
Suhut par Boru : Ir. Krisman Nainggolan/Krista Ida br. Damanik – Jakarta Selatan
Pangintubu : Djoko Soepeno/Ibu Sri Sulastri – Solo Jawa Tengah.